• Foto 1

    Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 2

    Kumpulan Bapak di Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 3

    Kumpulan Ibu di Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 4

    Ibu-ibu sedang bergaya di Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 5

    Foto bersama bagi yang hadir di Arisan Keluarga R. Sukisman

Rombongan Trah Sastrokusuman Berbelanja Oleh-Oleh Makanan di Toko Roti Orion Solo

Selesai dari maksi di Café Tiga Tjeret, rombongan Trah Sastrokusuman yang perempuan singgah sebentar di Masjid Al Wusto Mangkunegaran untuk melaksanakan salah Dhuhur. Setelah itu, mereka melanjutkan berbelanja oleh-oleh makanan di Toko Roti Orion yang berada di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo No. 80 Kelurahan Purwodiningratan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta atau yang akrab disebut dengan Kota Solo.

Toko Roti Orion merupakan salah satu toko roti legendaris yang ada di Solo. Didirikan oleh pasangan Njoo Hong Yauw dan Tjan Giok Nio pada tanggal 23 Maret 1932 dan sekarang diteruskan oleh anaknya yang bernama Njoo Tik Tjiong (Purwohadi Sanjoto) sejak 1974.

Dalam buku Karma Cinta: Biografi Sanjoto Senyatanya (Kepustakaan Populer Gramedia, 2018) disebutkan bahwa riwayat roti Orion ikut berada dalam pasang surut zaman, dari zaman Belanda, Jepang, kemudian Republik. Tiap zaman menyimpan pengalaman dan warna sendiri-sendiri: jatuh bangun dalam gelombang zaman.

Fasad Toko Roti Orion Solo

Kini, Toko Roti Orion menjelma menjadi salah satu pusat oleh-oleh makanan yang terkemuka di Kota Solo yang tidak hanya menjadi jujugan warga Solo tapi juga pelancong dari Nusantara maupun mancanegara.

Nama Orion diambil dari nama bintang yang paling terkenal dan mudah dikenali di langit. Biasanya cahayanya digunakan sebagai panduan bagi pelaut untuk menemukan arahnya. Sementara menu yang disajikan dalam tokonya sangat banyak. Mulai dari roti, kue hingga jajanan tradisional khas Solo. Lengkap sekali!

Selain moci, roti semir, Toko Roti Orion terkenal dengan produk utamanya, yaitu roti mandarijn. Nama mandarijn itu sendiri konon diambil dari bahasa Belanda, yang berarti “priyayi China”. 

Outlet Toko Roti Orion Solo

Roti mandarijn merupakan roti lapis yang direkatkan dengan selai nanas dan memiliki dua warna, kuning dan cokelat. Kudapan ini kemudian menjadi favorit banyak orang dan menjadi ciri khas Toko Roti Orion.

Kata John Erns Steinbeck (1902-1968), penulis Amerika Serikat yang memenangkan Penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1962, "Bread baking is one of those almost hypnotic businesses, like a dance from some ancient ceremony" (Membuat roti adalah salah satu bisnis yang hampir menghipnotis, seperti tarian dari suatu upacara kuno).

Produk Toko Roti Orion menjadi oleh-oleh khas makanan asli Solo yang diolah berdasarkan kearifan lokal secara turun temurun. Oleh-oleh makanan (food souvenirs) merupakan hal yang sangat penting bagi pariwisata di Indonesia, khususnya bagi Kota Solo.

Pembeli dari luar kota berjubel mengantre

Rombongan Trah Sastrokusuman yang datang dari Jakarta dan Tangerang itu memanjakan diri untuk berbelanja sesuai selera masing-masing selama 25 menit. Ada yang berbelanja roti, kue, usus goreng, abon, sompil, dan lain-lainnya. Mereka harus mengantre dengan pembeli lainnya.

Setelah puas membawa buah tangan (oleh-oleh) berupa makanan, rombongan Trah Sastrokusuman melanjutkan perjalanan menuju ke Srabi Notosuman yang juga tak kalah legendarisnya di tengah-tengah rintik hujan. 

Perjalanan rombongan Trah Sastrokusuman ini dikiaskan oleh José Ramón Andrés Puerta, seorang koki dan pemilik restoran Spanyol-Amerika yang tinggal di Washington, D.C. dengan istilah "Food is memories" (Makanan adalah kenangan). *** [240124]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Café Tiga Tjeret Jadi Jujugan Maksi Keluarga Trah Sastrokusuman

Dari nyekar di TPU Purwoloyo dan kemudian belanja batik di Pusat Grosir Solo (PGS), keluarga keturunan R. Sukisman yang bergelar R. Ng. Sastrokusumo menuju ke Café Tiga Tjeret untuk makan siang (maksi).

Namun ketika mobil Toyota HIACE warna putih berhenti di depan Café Tiga Tjeret menjelang Jumatan, café tersebut masih sepi karena sedang persiapan untuk buka. Situasi ini memberikan kesempatan bagi kaum Adam (pria) untuk menunaikan kewajibannya berupa shalat Jum’at.

Fasad Café Tiga Tjeret Solo

Saya dan dua orang sopirnya bergegas memarkirkan mobilnya di tempat parkiran milik Pura Mangkunegaran yang berada di depannya, dan kemudian langsung menuju ke masjid yang terdekat, yaitu Masjid Al Wustho Mangkunegaran yang berada di sebelah barat tembok Pura Mangkunegaran.

Pulang dari Jumatan, Café Tiga Tjeret yang berada di Jalan Ronggowarsito No. 97 Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Solo, telah menggelar menu-menunya. Ada nasi bungkus (nasi sapi lada hitam, nasi granat caution, nasi oseng tempe, nasi bandeng, nasi terik daging, dan nasi teri) dan aneka lauk seperti sate udang, sate cumi, mendoan, telur asin dan sejumlah sundukan lainnya.

Menu makanan dengan latar dekorasi jadul

Menu belum komplit karena baru buka. Sebenarnya, menu-menunya cukup banyak bila sudah lengkap, seperti sate paru sapi, kikil, koyor, sate ati ayam, usus ayam, sosis, nugget, lumpia, pisang goreng, sambal pete, dan banyak lagi.

Menu makanan yang dihadirkan Café Tiga Tjeret tidak jauh dari kesan wedangan biasa atau angkringan. Namun dengan mengusung konsep urban dan tradisional, menjadikan daya tarik tersendiri bagi Café Tiga Tjeret yang buka sejak pukul 11.00 pagi hingga 01.00 dini hari.

Keluarga Trah Sastrokusuman memilih menu sesuai selera masing-masing

Ketika memasuki area cafe unik Solo ini, pengunjung bakal melihat aneka ragam barang daur ulang yang dibuat sedemikian rupa agar dijadikan hiasan menarik. Semua itu terlihat dari tempat duduk, tempat tisu, lampu, hiasan dinding dan lain-lain.

Berdiri pada tahun 2012 silam, Café Tiga Tjeret yang awalnya dibentuk oleh Andang Apri Hardanto bersama beberapa sahabat alumni SMA Santo Yosep angkatan 1986 ini memiliki desain eksterior dan interior yang unik.

Deretan meja dipotret dari arah barat

Berbagai karya seni yang umumnya jadul seperti lukisan, poster, dan aksesoris tampak memenuhi Café Tiga Tjeret. Kebanyakan dipajang di lantai pertama. Baik lantai pertama hingga tiga berkonsep semi-outdoor, namun yang terluas adalah lantai pertama dengan pemandangan tamannya yang menyejukkan.

Lantai pertama dan kedua tersedia bangku-bangku dan meja panjang, sementara di lantai tiga yang berupa rooftop dikhususkan sebagai tempat makan lesehan dan hanya dibuka saat pengunjung Café Tiga Tjeret membludak.

Deretan meja dipotret dari arah timur

Tak hanya itu, Café Tiga Tjeret juga memiliki fasilitas toilet yang ditempatkan di pojok belakang kanan bangunan, musala yang berada di sebelah kiri di dekat pohon-pohon kecil yang rindang, serta dilengkapi dengan free wifi maupun home band.

Dengan desain yang unik, konsep urban dan tradisional maupun semi-outdoor menjadikan tempat jujugan yang nyaman untuk nongkrong sama teman atau keluarga sembari menikmati makanan khas Solo yang terjangkau. Lokasinya cukup bagus, berhadapan dengan Pura Mangkunegaran, dan bila berkunjung malam hari bisa menikmati Ngarsopuro. Tak jauh dari situ, juga terdapat kuliner nasi liwet Keprabon.

Keluarga Trah Sastrokusuman berpose di pedestrian Café Tiga Tjeret dan menghadap ke Pura Mangkunegaran

Di Café Tiga Tjeret, keluarga Trah Sastrokusuman bisa eat together, speak together! Mengenai hal ini, Johnny Castel pernah berujar “The fondest memories are made when gathered around the table” (Kenangan terindah tercipta saat berkumpul mengelilingi meja).

Ujaran ini mengandung makna bahwa beberapa kenangan yang paling disayangi dan istimewa tercipta ketika orang-orang berkumpul untuk makan bersama atau menghabiskan waktu di meja. Ini menekankan gagasan bahwa ikatan, berbagi cerita, dan menikmati kebersamaan satu sama lain selama makan dapat menghasilkan kenangan yang bermakna dan abadi. *** [230124]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Dari Anak Hingga Canggah Nyekar Ke TPU Purwoloyo Solo

Di bawah keteduhan sejenis pohon beringin besar dan sejumlah pohon kamboja yang ada di sekelilingnya, makam atau kuburan R. Sukisman yang bergelar R. Ng. Sastrokusumo dalam sepetak pamijen di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Purwoloyo ramai dikunjungi anak hingga canggah yang berasal dari Jakarta, Tangerang, dan Solo, pada Jumat (19/01).

Dari Jakarta dan Tangerang ada 11 orang berkendara mobil Toyota HIACE. Mereka adalah anak dan cucu dari R. Sukisman. Sedangkan, dari Solo ada 2 orang yang merupakan buyut dan canggah. Mereka melakukan ziarah kubur atau yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah nyekar. Kebiasaan nyekar telah menjadi tradisi yang umum dilakukan masyarakat Indonesia sejak dulu kala.

Anak hingga canggah nyekar di TPU Purwoloyo Solo

Nyekar berasal dari bahasa Jawa dari kata sekar yang berarti kembang atau bunga. Dalam praktiknya, setiap ziarah kubur dalam masyarakat Jawa senantiasa melibatkan penaburan bunga di atas makam yang dikunjunginya.

Sebelum menaburkan bunga sebagai simbol wewangian, dilakukan pembersihan makam. Umumnya setiap ada peziarah yang datang di TPU Purwoloyo, akan banyak orang berdatangan untuk memberikan jasa bersih-bersih makam yang umumnya dilakukan oleh wanita. Mereka membawa sapu, sabit, dan korek api untuk membakar sampah dedaunan.

Pamijen R. Sukisman di TPU Purwoloyo

Setelah dibersihkan, peziarah akan melakukan tabur bunga di atas makam yang dituju. Karena lupa membawa kembang setaman, anak hingga canggah yang menziarahi tersebut menggantikannya dengan bunga kamboja putih yang diambil dari lingkungan makam tersebut.

Setelah itu, barulah peziarah membacakan doa-doa atau bagian dari surah Al-Qur’an yang pendek  atau panjang, bervariasi antara satu dengan yang lain. Tujuan membacakan doa tersebut, agar jasad yang bersemayam dalam kubur itu mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa ta'ala.

Anak, cucu, dan cicit dari R. Soenarto/RA Sumiatun berpose bersama Eyang Yul

R. Sukisman atau R. Ng. Sastrokusumo dimakamkan di TPU Purwoloyo yang berada di Jalan HOS Cokroaminoto, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta pada hari Kemis Wage, 6 November 1952 pada usia 63 tahun.

Dulu waktu saya masih bocil, TPU Purwoloyo dikenal dengan Astana Purwoloyo. Pemakaman tersebut dibangun pada masa Sri Susuhunan Pakubuwono X, seorang raja Kasunanan Surakarta yang kaya raya yang memerintah antara 1893-1939.

Keluarga Eyang Yok (R. Soenaryo) berpose dengan Eyang Yul

Pakuwbuwono (PB) X melakukan penataan kota pada masa pemerintahannya. Salah satunya adalah membangun makam di empat penjuru angin, yaitu Untoroloyo, Purwoloyo, Daksinoloyo dan Pracimaloyo.

Salah satu ciri khas penamaan makam yang memang diperuntukkan bagi orang yang meninggal dunia tersebut menggunakan bahasa Jawa Kuno dari kombinasi arah mata angin (utara, timur, selatan, dan barat) dan loyo yang berarti meninggal.

Keluarga Eyang Rin berpose dengan Eyang Yul

Nama arah mata angin atau kiblat dalam bahasa Jawa Kuno, terdiri dari untoro/utoro (utara), purwo (timur), daksino (selatan), dan pracimo (barat).

Jadi, Purwoloyo adalah tempat menguburkan orang meninggal yang berada di sisi timur Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kota Solo. Makam adalah akses bagi masyarakat yang dibangun PB X dengan arah mata angin tersebut kala itu ditujukan agar menggunakan lokasi terdekat dengan rumah mereka yang sedang berduka.

Keluarga Eyang Yul

Kebetulan, pada waktu akhir hayatnya R. Sukisman bermukim di Kampung Kepanjen, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, atau sebuah kampung pecinan yang berada di sebelah timur Pasar Gede Hardjonagoro. Sehingga, dimakamkan di Astana Purwoloyo atau yang sekarang dikenal dengan TPU Purwoloyo yang dekat dengan rumahnya.

Anak hingga canggah nyekar di pamijen R. Sukisman di TPU Purwoloyo sekitar 30 menit. Setelah itu, mereka bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke Pusat Grosir (PGS) Solo yang berada di pojok perempatan Gladak untuk berbelanja batik. *** [220124]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Azab untuk Kaum Nabi Luth

Pada akhirnya kaum Nabi Luth merasa kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth a.s yang tidak putus-putus itu. Ia diminta agar menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusiran dirinya dari kaum Sadum. Sudah tidak ada harapan lagi bagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahwa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran serta menyia-nyiakan waktu, obat satu-satunya menurutf pikiran Nabi Luth a.s untuk mencengah penyakit akhlak itu yang sudah parah menular kepada tetangga-tetangga dekatnya, ialah membasmi mereka dari atas bumi sebagai pembalasan terhadap kekerasan kepada mereka, juga untuk menjadi ibrah dan pengajaran umat-umat di sekelilingnya. Beliau memohon kepada Allah SWT agar kaumnya, yaitu masyarakat Sadum, diberi ganjaran berupa azab di dunia sebelum azab bagi mereka di akhirat kelak.

Jika diberi nasihat mereka menjawab: “Datangkanlah siksaan Allah itu, hai Luth, jika sekiranya engkau orang yang benar.”

Setelah mendengar ejekan dari mereka, Nabi Luth a.s berdoa kepada Allah:

“Ya Tuhanku tolonglah aku dengan menimpakan azab atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (QS. 29 : 30)

Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah SWT. Allah mengutus beberapa malaikat untuk menurunkan azab terhadap kaum Nabi Luth a.s yang durhaka dan meningkari Allah. Ketika datang kabar kepada Nabi Ibrahim a.s akan dibinasakannya negeri Nabi Luth a.s dengan kaumnya, karena penduduknya yang selalu durhaka dan maksiat, maka terperanjatlah Nabi Ibrahim a.s.

Berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya di kota itu ada Luth.”

Para malaikat berkata : “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia, dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (QS. 29 : 32)

Tiga orang malaikat tersebut menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim a.s dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq a.s, dan memberi tahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah yang akan menurunkan azab kepada kaum Nabi Luth a.s, yaitu penduduk kota Sadum.
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Nabi Ibrahim a.s memohon agar penurunan azab atas kaum Sadum ditunda. Siapa tahu mereka mau sadar dan mendengarkan serta mau mengikuti ajakan Nabi Luth a.s dan mau bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar.
Dalam pertemuan itu,  Nabi Ibrahim a.s juga mohon agar anak saudaranya Nabi Luth a.s diselamatkan dari azab yang akan diturunkan kepada kaum Sadum. Permintaan itu diterima oleh malaikat dan dijiamin bahwa Nabi Luth a.s dan keluarganya tidak akan terkenal azab, kecuali istrinya.
Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yan berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalanannya yang hampir memasuki kota Sadum, mereka berselisih dengan orang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil air dari sebuah sungai. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima ke rumah sebagai tamu. SI gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberi tahu ayahnya

Sang ayah, yaitu Nabi Luth a.s sendiri, mendengar laporan putrinya menjadi bingung jawaban apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja yang mempunyai tubuh bagus dan wajah yang tampan. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggung jawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.
Setelah dipikirkan, akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth a.s kalau ia akan menerima mereka sebagai tamu di rumahnya apapun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya. Ia memasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Kemudian pergilah Nabi Luth sendiri menemui tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota, lalu diajaklah mereka bersama-sama ke rumah ketika kota Sadum sudah dalam keadaan gelap, dan juga para warganya sedang di rumah masing-masing dalam keadaan tidur nyenyak.
Kepada istri dan kedua anaknya, Nabi Luth a.s berpesan dan berusaha agar mereka merahasiakan kedatangan para tamunya, agar tidak diketahui oleh kaumnya yang bengis dan haus maksiat. Namun karena istri Nabi Luth yang berpihak dengan masyarakat Sadum yang sesat, sehingga istrinya membocorkan rahasia atas para tamu tampan yang tinggal di rumahnya.
Selanjutnya, apa yang dicemaskan oleh Nabi Luth menjadi kenyataan. Ketika masyarakat Sadum mengetahui bahwa di rumahnya ada pemuda, maka datanglah mereka ke rumahnya untuk melihat tamunya yang tampan itu untuk memuaskan nafsunya.  Tentu saja Nabi Luth a.s tidak membukakan pintu untuk mereka, dan berseru meminta agar mereka pulang lagi ke rumah masing-masing dan meminta tidak mengganggu para tamu Nabi Luth, yang semestinya dihormati dan dimuliakan, bukan diganggu. Mareka dinasihati agar meninggalkan kebiasaan yang keji yan bertentangan dengan fitrah manusia serta kodrat alam, yaitu Tuhan telah menciptakan manusia untuk berpasangan antara pria dan wanita untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang termulia di atas bumi. Nabi Luth a.s berseru meminta supaya mereka pulang pada istri-istri mereka dan meninggalkan perbuatan mungkar dan maksiat yang tidak sepantasnya itu, sebelum Allah memberikan mereka azab.
Namun mereka tidak memperdulikan nasihat dari Nabi Luth as. Bahkan mereka mendesak, dan akan mendobrak pintu rumah Nabi Luth  dengan paksa jika pintu rumahnya tidak segera dibuka. Karena Nabi Luth merasa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan orang orang yang kaumnya yang sesat itu, maka Nabi Luth a.s pun berkata secara terus terang kepada para tamunya.

“Sesungguhnya saya tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalau gangguan terhadap tamu-tamuku di rumahku sendiri.”

Setelah mendengar keluhan Nabi Luth, para tamu tersebut segera memperkenalkan diri kepada Nabi Luth, bahwa mereka adalah para malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepada Nabi Luth, dan mereka mengatakan bahwa tujuannya datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas dari Allah yaitu menurunkan azab dan siksa atas kaumnya yang membangkang.
Para malaikat itu kemudian menyarankan Nabi Luth a.s untuk membuka pintu rumahnya lebar untuk memberi kesemepatan bagi orang-orang yang sesat itu masuk ke dalam rumah. Namun ketika pintu itu dibuka dan orang orang sesat itu masuk, secara tiba tiba mereka tidak bisa melihat apa apa.  Diusap-usaplah mata mereka, namun ternyata mata mereka sudah menjadi buta.
Ketika orang-orang sesaat itu dalam keadaan buta dan berbenturan dengan satu sama lainnya, para tamu atau malaikat itu berseru dan meminta agar Nabi Luth a.s meninggalkan perkampungan itu bersama keluarga yang ia sayangi, karena azab dari Allah SWT telah tiba waktunya untuk ditimpakan. Nabi Luth a.s dan keluarganya diberi pesan oleh malaikat dalam perjalanan keluar dari Sadum tidak boleh menengok ke belakang.
Sehabis tengah malam, Nabi Luth a.s beserta keluarganya, yaitu seorang istri, dan dua orang putri, berjalan dengan cepat keluar kota, dan tidak menoleh ke kanan atau ke kiri sesuai pesan para malaikat. Namun karena istrinya masih berpihak pada masyarakat Sadum yang sesat, ia tidak tega meninggalkannya. Ia berada di belakang rombongan Nabi Luth a.s berjalan secara perlahan-lahan atau tidak secepat langkah suaminya itu, dan tak henti hentinya menoleh ke belakang  untuk mengetahui apa yang akan ditimpa oleh masyarakat Sadum itu, serta seolah-olah ragu akan kebenaran ancaman para malaikat yang telah ia dengar dengan telinganya sendiri.
Kemudian, ketika waktu fajar mulai menyingsing, Nabi Luth a.s dan dua putrinya telah melewati batas kota Sadum, bergetarlah dengan dahsyat bumi di bawah kaki masyarakat Sadum, begitu juga dengan istri Nabi Luth a.s yang munafik itu. Gentaran itu lebih hebat dan kuat dari pada gempa bumi yang disertai dengan angin kencang serta hujan batu yang meluluhlantakkan kota Sadum dan para warganya yang sesat itu.
Itulah azab yang sepantasnya ditimpakan kepada orang-orang yang sesat, yang sudah diperingatkan oleh Nabi utusan Allah, namun mereka tetap tidak mau mendengarkan. ***
Share:

Berlindung dari Terlilit Hutang

Telah diceriterakan kepada kami, Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhriy. Kemudian diriwayatkan pula kepada kami, Isma'il berkata, telah menceritakan kepadaku saudaraku dari Sulaiman dari Muhammad bin Abi 'Atiq dari Ibnu Syihabdari 'Urwah bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdo'a dalam shalat:

“Allahumma innii a'uudzu bika minal ma'tsami wal maghram.” (Ya Allah aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan terlilit hutang).

Lalu ada seseorang yang bertanya:

“Mengapa Anda banyak meminta perlindungan dari hutang, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab:

“Sesungguhnya seseorang apabila sedang berhutang ketika dia berbicara biasanya berdusta dan bila berjanji sering menyelisihinya.”

Hadist Shahih Al-Bukhari (No : 2222)
Share:

Hailulah, Qailulah dan ‘Ailulah

Hailulah adalah tidur sehabis melaksanakan shalat Subuh, dinamakan demikian karena tidur tersebut dapat menghalangimu dari rezeki yang Allah SWT tebar pada waktu pagi hari.

Qailulah adalah tidur sebelum melakukan shalat Dhuhur sekitar 25 - 30 menit sebelum dikumandangkannya adzan Dhuhur. Tidur jenis ini sangat bemanfaat dan sangat dianjurkan oleh Nabi SAW.
Menjelaskan ketika musim panas rasulullah tidur sebelum DZUHUR dan ketika musim dingin beliau Nabi Muhammad tidur setelah DZHUHUR

‘Ailulah adalah tidur sehabis melakukan shalat Ashar, tidur jenis satu ini dapat menyebabkan berbagai penyakit, di antaranya adalah sesak napas dan murung dan gelisah.
Share:

Apa Sih Barokah Itu?

Pada suatu hari, Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi membeli buah semangka untuk istrinya. Saat disantapnya, ternyata buah semangka tersebut terasa hambar. Dan, sang isteri pun marah.
Syeikh al-Imam Syaqiq menanggapi dengan tenang amarah istrinya itu. Setelah selesai didengarkan amarahnya, beliau bertanya kepada istrinya dengan halus: 

"Kepada siapakah kau marah wahai istriku? Kepada pedagang buahnya kah? Atau kepada pembelinya? Atau kepada petani yang menanamnya? Ataukah kepada yang Menciptakan Buah Semangka itu?" tanya Syeikh al-Imam Syaqiq

Istri beliau terdiam.

Sembari tersenyum, Syeikh Syaqiq melanjutkan perkataannya:

"Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik.  Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula. Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik. Maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang Menciptakan Semangka itu."

Pertanyaan Syeikh al-Imam Syaqiq menembus ke dalam hati sanubari istrinya. Terlihat butiran air mata menetes perlahan di kedua pelupuk matanya.

Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi pun melanjutkan ucapannya :

"Bertaqwalah wahai istriku. Terimalah apa yang sudah menjadi Ketetapan-Nya. Agar Allah memberikan keberkahan pada kita."

Mendengar nasihat suaminya itu. Sang istri pun sadar, menunduk dan menangis mengakui kesalahannya dan ridho dengan apa yang telah Allah Subhanallahu Wa Ta'ala tetapkan.

Pelajaran terpenting buat kita adalah bahwa setiap keluhan yang terucap sama saja kita tidak ridho dengan ketetapan Allah, sehingga barokah Allah jauh dari kita.
Karena barokah bukanlah serba cukup dan mencukupi saja, akan tetapi barokah ialah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik yang kita sukai atau sebaliknya.

Barokah itu: "... bertambahnya ketaatanmu kepada Allah.”

Makanan barokah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan yang mampu membuat yang memakannya menjadi lebih taat setelah memakannya.
Hidup yang barokah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub, sakitnya menjadikannya bertambah taat kepada Allah.
Barokah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab bin Umair.
Tanah yang barokah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Mekkah punya keutamaan dihadapan Allah, tiada banding dan tiada tara.
Ilmu yang barokah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, akan tetapi yang barokah ialah ilmu yang mampu menjadikan seorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal dan berjuang untuk agama Allah.
Penghasilan barokah juga bukan gaji yang besar dan berlimpah, tetapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rezeki bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.
Anak-anak yang barokah bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar, mempunyai pekerjaan dan jabatan yang hebat, tetapi anak yang barokah ialah yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan kelak mereka menjadi lebih shalih dari kita dan tak henti-hentinya mendo'akan kedua orangtuanya.

Semoga kita semua selalu dianugerahi kekuatan untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, agar kita mendapatkan keberkahan-NYA.

Wallahu A'lam Bisshowab.
Share:

Arsip Blog

Pengikut