• Foto 1

    Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 2

    Kumpulan Bapak di Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 3

    Kumpulan Ibu di Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 4

    Ibu-ibu sedang bergaya di Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 5

    Foto bersama bagi yang hadir di Arisan Keluarga R. Sukisman

Tampilkan postingan dengan label Homoseks. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Homoseks. Tampilkan semua postingan

Azab untuk Kaum Nabi Luth

Pada akhirnya kaum Nabi Luth merasa kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth a.s yang tidak putus-putus itu. Ia diminta agar menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusiran dirinya dari kaum Sadum. Sudah tidak ada harapan lagi bagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahwa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran serta menyia-nyiakan waktu, obat satu-satunya menurutf pikiran Nabi Luth a.s untuk mencengah penyakit akhlak itu yang sudah parah menular kepada tetangga-tetangga dekatnya, ialah membasmi mereka dari atas bumi sebagai pembalasan terhadap kekerasan kepada mereka, juga untuk menjadi ibrah dan pengajaran umat-umat di sekelilingnya. Beliau memohon kepada Allah SWT agar kaumnya, yaitu masyarakat Sadum, diberi ganjaran berupa azab di dunia sebelum azab bagi mereka di akhirat kelak.

Jika diberi nasihat mereka menjawab: “Datangkanlah siksaan Allah itu, hai Luth, jika sekiranya engkau orang yang benar.”

Setelah mendengar ejekan dari mereka, Nabi Luth a.s berdoa kepada Allah:

“Ya Tuhanku tolonglah aku dengan menimpakan azab atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (QS. 29 : 30)

Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah SWT. Allah mengutus beberapa malaikat untuk menurunkan azab terhadap kaum Nabi Luth a.s yang durhaka dan meningkari Allah. Ketika datang kabar kepada Nabi Ibrahim a.s akan dibinasakannya negeri Nabi Luth a.s dengan kaumnya, karena penduduknya yang selalu durhaka dan maksiat, maka terperanjatlah Nabi Ibrahim a.s.

Berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya di kota itu ada Luth.”

Para malaikat berkata : “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia, dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (QS. 29 : 32)

Tiga orang malaikat tersebut menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim a.s dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq a.s, dan memberi tahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah yang akan menurunkan azab kepada kaum Nabi Luth a.s, yaitu penduduk kota Sadum.
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Nabi Ibrahim a.s memohon agar penurunan azab atas kaum Sadum ditunda. Siapa tahu mereka mau sadar dan mendengarkan serta mau mengikuti ajakan Nabi Luth a.s dan mau bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar.
Dalam pertemuan itu,  Nabi Ibrahim a.s juga mohon agar anak saudaranya Nabi Luth a.s diselamatkan dari azab yang akan diturunkan kepada kaum Sadum. Permintaan itu diterima oleh malaikat dan dijiamin bahwa Nabi Luth a.s dan keluarganya tidak akan terkenal azab, kecuali istrinya.
Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yan berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalanannya yang hampir memasuki kota Sadum, mereka berselisih dengan orang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil air dari sebuah sungai. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima ke rumah sebagai tamu. SI gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberi tahu ayahnya

Sang ayah, yaitu Nabi Luth a.s sendiri, mendengar laporan putrinya menjadi bingung jawaban apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja yang mempunyai tubuh bagus dan wajah yang tampan. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggung jawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.
Setelah dipikirkan, akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth a.s kalau ia akan menerima mereka sebagai tamu di rumahnya apapun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya. Ia memasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Kemudian pergilah Nabi Luth sendiri menemui tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota, lalu diajaklah mereka bersama-sama ke rumah ketika kota Sadum sudah dalam keadaan gelap, dan juga para warganya sedang di rumah masing-masing dalam keadaan tidur nyenyak.
Kepada istri dan kedua anaknya, Nabi Luth a.s berpesan dan berusaha agar mereka merahasiakan kedatangan para tamunya, agar tidak diketahui oleh kaumnya yang bengis dan haus maksiat. Namun karena istri Nabi Luth yang berpihak dengan masyarakat Sadum yang sesat, sehingga istrinya membocorkan rahasia atas para tamu tampan yang tinggal di rumahnya.
Selanjutnya, apa yang dicemaskan oleh Nabi Luth menjadi kenyataan. Ketika masyarakat Sadum mengetahui bahwa di rumahnya ada pemuda, maka datanglah mereka ke rumahnya untuk melihat tamunya yang tampan itu untuk memuaskan nafsunya.  Tentu saja Nabi Luth a.s tidak membukakan pintu untuk mereka, dan berseru meminta agar mereka pulang lagi ke rumah masing-masing dan meminta tidak mengganggu para tamu Nabi Luth, yang semestinya dihormati dan dimuliakan, bukan diganggu. Mareka dinasihati agar meninggalkan kebiasaan yang keji yan bertentangan dengan fitrah manusia serta kodrat alam, yaitu Tuhan telah menciptakan manusia untuk berpasangan antara pria dan wanita untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang termulia di atas bumi. Nabi Luth a.s berseru meminta supaya mereka pulang pada istri-istri mereka dan meninggalkan perbuatan mungkar dan maksiat yang tidak sepantasnya itu, sebelum Allah memberikan mereka azab.
Namun mereka tidak memperdulikan nasihat dari Nabi Luth as. Bahkan mereka mendesak, dan akan mendobrak pintu rumah Nabi Luth  dengan paksa jika pintu rumahnya tidak segera dibuka. Karena Nabi Luth merasa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan orang orang yang kaumnya yang sesat itu, maka Nabi Luth a.s pun berkata secara terus terang kepada para tamunya.

“Sesungguhnya saya tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalau gangguan terhadap tamu-tamuku di rumahku sendiri.”

Setelah mendengar keluhan Nabi Luth, para tamu tersebut segera memperkenalkan diri kepada Nabi Luth, bahwa mereka adalah para malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepada Nabi Luth, dan mereka mengatakan bahwa tujuannya datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas dari Allah yaitu menurunkan azab dan siksa atas kaumnya yang membangkang.
Para malaikat itu kemudian menyarankan Nabi Luth a.s untuk membuka pintu rumahnya lebar untuk memberi kesemepatan bagi orang-orang yang sesat itu masuk ke dalam rumah. Namun ketika pintu itu dibuka dan orang orang sesat itu masuk, secara tiba tiba mereka tidak bisa melihat apa apa.  Diusap-usaplah mata mereka, namun ternyata mata mereka sudah menjadi buta.
Ketika orang-orang sesaat itu dalam keadaan buta dan berbenturan dengan satu sama lainnya, para tamu atau malaikat itu berseru dan meminta agar Nabi Luth a.s meninggalkan perkampungan itu bersama keluarga yang ia sayangi, karena azab dari Allah SWT telah tiba waktunya untuk ditimpakan. Nabi Luth a.s dan keluarganya diberi pesan oleh malaikat dalam perjalanan keluar dari Sadum tidak boleh menengok ke belakang.
Sehabis tengah malam, Nabi Luth a.s beserta keluarganya, yaitu seorang istri, dan dua orang putri, berjalan dengan cepat keluar kota, dan tidak menoleh ke kanan atau ke kiri sesuai pesan para malaikat. Namun karena istrinya masih berpihak pada masyarakat Sadum yang sesat, ia tidak tega meninggalkannya. Ia berada di belakang rombongan Nabi Luth a.s berjalan secara perlahan-lahan atau tidak secepat langkah suaminya itu, dan tak henti hentinya menoleh ke belakang  untuk mengetahui apa yang akan ditimpa oleh masyarakat Sadum itu, serta seolah-olah ragu akan kebenaran ancaman para malaikat yang telah ia dengar dengan telinganya sendiri.
Kemudian, ketika waktu fajar mulai menyingsing, Nabi Luth a.s dan dua putrinya telah melewati batas kota Sadum, bergetarlah dengan dahsyat bumi di bawah kaki masyarakat Sadum, begitu juga dengan istri Nabi Luth a.s yang munafik itu. Gentaran itu lebih hebat dan kuat dari pada gempa bumi yang disertai dengan angin kencang serta hujan batu yang meluluhlantakkan kota Sadum dan para warganya yang sesat itu.
Itulah azab yang sepantasnya ditimpakan kepada orang-orang yang sesat, yang sudah diperingatkan oleh Nabi utusan Allah, namun mereka tetap tidak mau mendengarkan. ***
Share:

Arsip Blog

Pengikut