Selesai dari maksi di Café Tiga Tjeret, rombongan Trah Sastrokusuman yang perempuan singgah sebentar di Masjid Al Wusto Mangkunegaran untuk melaksanakan salah Dhuhur. Setelah itu, mereka melanjutkan berbelanja oleh-oleh makanan di Toko Roti Orion yang berada di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo No. 80 Kelurahan Purwodiningratan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta atau yang akrab disebut dengan Kota Solo.
Toko Roti Orion merupakan salah satu toko roti legendaris yang ada di Solo. Didirikan oleh pasangan Njoo Hong Yauw dan Tjan Giok Nio pada tanggal 23 Maret 1932 dan sekarang diteruskan oleh anaknya yang bernama Njoo Tik Tjiong (Purwohadi Sanjoto) sejak 1974.
Dalam buku Karma Cinta: Biografi Sanjoto Senyatanya (Kepustakaan Populer Gramedia, 2018) disebutkan bahwa riwayat roti Orion ikut berada dalam pasang surut zaman, dari zaman Belanda, Jepang, kemudian Republik. Tiap zaman menyimpan pengalaman dan warna sendiri-sendiri: jatuh bangun dalam gelombang zaman.
Fasad Toko Roti Orion Solo |
Nama Orion diambil dari nama bintang yang paling terkenal dan mudah dikenali di langit. Biasanya cahayanya digunakan sebagai panduan bagi pelaut untuk menemukan arahnya. Sementara menu yang disajikan dalam tokonya sangat banyak. Mulai dari roti, kue hingga jajanan tradisional khas Solo. Lengkap sekali!
Selain moci, roti semir, Toko Roti Orion terkenal dengan produk utamanya, yaitu roti mandarijn. Nama mandarijn itu sendiri konon diambil dari bahasa Belanda, yang berarti “priyayi China”.
Outlet Toko Roti Orion Solo |
Kata John Erns Steinbeck (1902-1968), penulis Amerika Serikat yang memenangkan Penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1962, "Bread baking is one of those almost hypnotic businesses, like a dance from some ancient ceremony" (Membuat roti adalah salah satu bisnis yang hampir menghipnotis, seperti tarian dari suatu upacara kuno).
Produk Toko Roti Orion menjadi oleh-oleh khas makanan asli Solo yang diolah berdasarkan kearifan lokal secara turun temurun. Oleh-oleh makanan (food souvenirs) merupakan hal yang sangat penting bagi pariwisata di Indonesia, khususnya bagi Kota Solo.
Pembeli dari luar kota berjubel mengantre |
Setelah puas membawa buah tangan (oleh-oleh) berupa makanan, rombongan Trah Sastrokusuman melanjutkan perjalanan menuju ke Srabi Notosuman yang juga tak kalah legendarisnya di tengah-tengah rintik hujan.
Perjalanan rombongan Trah Sastrokusuman ini dikiaskan oleh José Ramón Andrés Puerta, seorang koki dan pemilik restoran Spanyol-Amerika yang tinggal di Washington, D.C. dengan istilah "Food is memories" (Makanan adalah kenangan). *** [240124]
Oleh: Budiarto Eko KusumoEditor: Budiarto Eko Kusumo