Dari nyekar di TPU Purwoloyo dan kemudian belanja batik di Pusat Grosir Solo (PGS), keluarga keturunan R. Sukisman yang bergelar R. Ng. Sastrokusumo menuju ke Café Tiga Tjeret untuk makan siang (maksi).
Namun ketika mobil Toyota HIACE warna putih berhenti di depan Café Tiga Tjeret menjelang Jumatan, café tersebut masih sepi karena sedang persiapan untuk buka. Situasi ini memberikan kesempatan bagi kaum Adam (pria) untuk menunaikan kewajibannya berupa shalat Jum’at.
Fasad Café Tiga Tjeret Solo |
Pulang dari Jumatan, Café Tiga Tjeret yang berada di Jalan Ronggowarsito No. 97 Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Solo, telah menggelar menu-menunya. Ada nasi bungkus (nasi sapi lada hitam, nasi granat caution, nasi oseng tempe, nasi bandeng, nasi terik daging, dan nasi teri) dan aneka lauk seperti sate udang, sate cumi, mendoan, telur asin dan sejumlah sundukan lainnya.
Menu makanan dengan latar dekorasi jadul |
Menu makanan yang dihadirkan Café Tiga Tjeret tidak jauh dari kesan wedangan biasa atau angkringan. Namun dengan mengusung konsep urban dan tradisional, menjadikan daya tarik tersendiri bagi Café Tiga Tjeret yang buka sejak pukul 11.00 pagi hingga 01.00 dini hari.
Keluarga Trah Sastrokusuman memilih menu sesuai selera masing-masing |
Berdiri pada tahun 2012 silam, Café Tiga Tjeret yang awalnya dibentuk oleh Andang Apri Hardanto bersama beberapa sahabat alumni SMA Santo Yosep angkatan 1986 ini memiliki desain eksterior dan interior yang unik.
Deretan meja dipotret dari arah barat |
Lantai pertama dan kedua tersedia bangku-bangku dan meja panjang, sementara di lantai tiga yang berupa rooftop dikhususkan sebagai tempat makan lesehan dan hanya dibuka saat pengunjung Café Tiga Tjeret membludak.
Deretan meja dipotret dari arah timur |
Dengan desain yang unik, konsep urban dan tradisional maupun semi-outdoor menjadikan tempat jujugan yang nyaman untuk nongkrong sama teman atau keluarga sembari menikmati makanan khas Solo yang terjangkau. Lokasinya cukup bagus, berhadapan dengan Pura Mangkunegaran, dan bila berkunjung malam hari bisa menikmati Ngarsopuro. Tak jauh dari situ, juga terdapat kuliner nasi liwet Keprabon.
Keluarga Trah Sastrokusuman berpose di pedestrian Café Tiga Tjeret dan menghadap ke Pura Mangkunegaran |
Ujaran ini mengandung makna bahwa beberapa kenangan yang paling disayangi dan istimewa tercipta ketika orang-orang berkumpul untuk makan bersama atau menghabiskan waktu di meja. Ini menekankan gagasan bahwa ikatan, berbagi cerita, dan menikmati kebersamaan satu sama lain selama makan dapat menghasilkan kenangan yang bermakna dan abadi. *** [230124]
Oleh: Budiarto Eko KusumoEditor: Budiarto Eko Kusumo