• Foto 1

    Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 2

    Kumpulan Bapak di Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 3

    Kumpulan Ibu di Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 4

    Ibu-ibu sedang bergaya di Arisan Keluarga R. Sukisman

  • Foto 5

    Foto bersama bagi yang hadir di Arisan Keluarga R. Sukisman

Tampilkan postingan dengan label Pendidikan Karakter. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan Karakter. Tampilkan semua postingan

Tata Krama Dalam Berjalan dan Berbicara

Ini adalah wasiat terakhir yang disebutkan oleh Luqman al-Hakim kepada putranya sebagaimana disebutkan dalam Surah Luqman. Dengan wasiat ini secara global lengkaplah pendidikan orangtua kepada putranya. Diawali dengan wasiat tentang tauhid dan akidah, kemudian masalah ibadah, hingga bimbingan akhlak bergaul dengan sesama. Dengan demikian, seorang anak diharapkan menjadi shalih di hadapan Allah SWT, di depan orangtua dan di tengah lingkungannya. Inilah harapan semua orangtua, termasuk kita!

Pembaca rahimakumullah.
Menyempurnakan bimbingannya, Luqman berwasiat kepada putranya suara dengan bimbingan akhlak dan adab. Kata Luqman, seperti yang Allah SWT firmankan,

“Sederhanalah dalam jalanmu dan rendahkanlah suaramu! Sesungguhnya seburuk-buruknya suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19)

Bimbingan di atas mencakup dua bimbingan sekaligus. Pertama, tata karma dalam penampilan diri-sendiri. Kedua, sopan santun terhadap sesama.

Bimbingan pertama mengarahkan agar anak berjalan dengan sopan. Artinya, seluruh penampilan dan gerak-geriknya harus selalu sopan serta santun dalam bingkai syariat. Sebagai contoh: cara berjalan. Allah SWT berfirman,

“Sederhanalah dalam jalanmu!” (Luqman: 19)

Maksudnya, berjalanlah dengan cara jalan sederhana dan pertengahan. Tidak berjalan lambat seperti jalannya orang yang lemah, tidak semangat atau orang bodoh. Tidak pula berjalan terlalu cepat dan berlebihan, seperti orang yang tergesa-gesa. Akan tetapi berjalanlah secara pertengahan, antara kondisi pertama dengan kedua.
norma kesopanan. Baik dalam cara berjalan, berpakaian, gaya rambut, cara duduk dan lain sebagainya.

Bimbingan kedua, agar seorang anak memiliki sopan-santun dalam pergaulan terhadap sesama. Hal ini tersirat dalam potongan ayat,

“Rendahkanlah suaramu! Sungguh seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” (Luqman:19)

Maksudnya, janganlah kamu berlebihan dalam berucap. Jangan pula kamu meninggikan suaramu atau berbicara dengan sebuah pembicaraan yang tidak ada manfaatnya.
Ucapan yang demikian diibaratkan dengan ucapan keledai. Allah SWT berfirman,

“Sungguh seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19)

Mujahid dan lainnya menafsirkan ayat ini, “Sesungguhnya suara yang paling buruk adalah suara keledai.” Artinya, puncak orang yang meninggikan suaranya diserupakan dengan keledai. Suaranya tinggi dan melengking lagi dibenci oleh Allah SWT.
Penyerupaan ini menunjukkan celaan keras terhadap gaya bicara seperti ini. Bahkan, menunjukkan haramnya perbuatan tersebut. Rasulullah SAW biasa menyerupakan perbuatan jelek dengan permisalan yang jelek pula.
Ayat ini juga ditafsirkan oleh al-Imam an-Nasa’i dengan menyebutkan hadits Rasulullah SAW dari sahabat Abu Hurairah. Beliau bersabda,

“Jika kalian mendengar kokok ayam jantan, mintalah karunia kepada Allah, karena sesungguhnya ia melihat malaikat. Jika kalian mendengar ringkikan keledai, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk, karena sesungguhnya ia melihat setan.” (Muttafaqun Alaih)

Apalagi berbicara kepada orang yang lebih tua! Tanamkan kepada putra Anda agar dia tidak meninggikan suaranya. Berbicaralah dengan lembut. Hormatilah orang yang diajak bicara. Tutur katanya baik. Kata yang dipilihnya pun santun.

Pendidikan Akhlak
Demikianlah, Luqman al-Hakim menanamkan akhlak yang mulia kepada putranya. Akhlak yang sesuai dengan bimbingan syariat ditanamkan kepada putranya sejak usia dini. Tujuannya untuk membiasakan mereka agar terus berhias dengan akhlak mulia hingga dewasa.
Harapannya, saat dewasa nanti ia menjadi anak yang berakhlak terpuji dengan berusaha meneladani Rasulullah SAW. Anas bin Malik mengatakan,

“Rasulullah merupakan manusia yang paling baik akhlaknya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Anas bin Malik juga menuturkan, “Saya menjadi pelayan Rasulullah selama sepuluh tahun. Tidak pernah saya mendengar ucapan kasar lagi keras dari beliau.” Aisyah berkata,

“Rasulullah SAW sama sekali beukanlah seorang yang buruk dan berkata-kata buruk. Beliau bukan pula orang yang suka duduk-duduk di pasar. Beliau tidak membalas keburukan dengan keburukan yang serupa. Akan tetapi beliau member maaf dan ampunan.” (HR. at-Tirmidzi)

Sahabat Jarir bin Abdullah berkata, “Barangsiapa yang terhalangi dari sifat lembut, ia terhalangi dari kebaikan.” (Al-Jami’ li Akhlaqi-Rawi, 1/278-280)

Akhlak mulia dari segala sisinya, akhlak kepada Allah SWT dan akhlak kepada manusia, akan menghantarkan pemiliknya kepada predikat mukmin yang paling utama. Dialah orang yang paling mulia. Rasulullah SAW pernah ditanya,

“Wahai Rasulullah, sipakah orang mukmin yang paling utama?” beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ibnu Majah)

Dalam kitab tafsirnya, ibnu Katsir menyebutkan beberapa keterangan tentang keutamaan berakhlak mulia.
Akhlak yang mulia juga akan menjadi sebab masuknya seorang hamba ke dalam surge. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits Abu Hurairah, beliau ditanya tentang amalan yang paling banyak memasukkan hamba ke dalam surga. Beliau menjawab,

“Ketaqwaan kepada Allah dan akhlak mulia.” (HR. Ibnu Hibban)

Pembaca rahimakumullah, berbagai penjelasan di atas disebutkan oleh al-Imam Ibnu Katsir untuk memotivasi kita agar berhias dengan akhlak mulia. Sekaligus mengajari putra-putri kita supaya membiasakan diri dengan akhlak tersebut.
Jangan lupa, di waktu yang sama orang tua harus memperingatkan putranya dari akhlak buruk. Hal ini supaya anak-anak waspada darinya. Inilah yang dikatakan Luqman kepada putranya,

“Rendahkanlah suaramu! Sungguh seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” (Luqman:19)

Akhlak buruk yang harus diperingatkan mencakup semua jenis akhlak yang buruk, baik pada lisan, penampilan, tingkah laku maupun perbuatan.
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang amalan yang paling banyak memasukkan seorang hamba ke dalam neraka. Beliau menjawab, “Dua rongga; mulut dan kemaluan.”
Ucapan yang jelek dan akhlak yang tercela menyebabkan seseorang jauh dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

“Sungguh, orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku saat di surge nanti, adalah orang yang jelek akhlaknya di antara kalian. Yaitu, orang yang banyak berbicara, berteriak-teriak dan sombong.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 6/345)

Teladan Orangtua, Berperan!
Pembaca rahimakumullah.
Seiring pendidikan untuk anak semakin maju dan sempurna, terapkanlah pendidikan tersebut pada diri kita terlebih dahulu. Anak akan melihat dan menyaksikan, kemudian anak akan menirukan.
Jika ingin menanamkan akhlak mulia pada diri anak, terapkanlah akhlak mulia pada diri kita terlebih dahulu. Dengan berbicara secara sopan, menghargai orang yang diajak bicara, tidak memotong pembicaraan, dan seterusnya.
Sebaliknya, bimbingan kita akan dianggap angin lalu atau omong kosong, apabila kita sendiri melanggarnya. Atau bahkan nasihat orangtua tersebut akan menjadi boomerang yang digunakan bagi anak untuk melawan. Kenyataan seperti ini sudah sering terjadi!
Semoga Allah member taufik kepada kita untuk menerapkan bimbingan-bimbingan di atas. Dan semoga Allah mengaruniakan anak shalih kepada kita semua. Wabillahit-taufiq wal hidayah. [Ustadz Abu Abdillah Majdiy]

Disadur dari Buletin Al Ilmu Edisi 11 Raqaiq, 2017
Share:

Arsip Blog

Pengikut